Di luar Belanda, tidak banyak klub yang bisa menandingi sejarah seperti yang dimilik tim Ajax Amsterdam.
Dengan lebih dari 50 trofi domestik utama dan empat Piala Eropa, Ajax Amsterdam adalah klub sepakbola paling sukses ketujuh di abad ke-20.
Ajax Amsterdam juga telah memenangkan Piala Winners dan Piala UEFA, yang membuat mereka menjadi salah satu dari hanya empat klub yang memenangkan ketiga kompetisi utama UEFA.
Dilansir dari laman Football History, Ajax Amsterdam berasal dari Kota Amsterdam pusat Negeri Kincir.
Walaupun terkenal dengan banyak tempat pusat pelatihannya, Ajax Amsterdam sejak 1893 sering berpindah lokasi Stadion, mulai dari Het Veldje (1893-1900), Amsterdam-Noord (1900-1907), Stadion Het Houten (1907-1934), De Meer (1934-1996), Stadion Olympisch (1934-1996), dan Amsterdam Arena (1996-hingga kini).
Dalam sejarahnya, klub sepakbola dengan nama asli Amsterdamsche Ajax dibentuk pada 1900.
Jarang diketahui, bahwa ama Ajax itu diambil dari seorang tokoh dalam mitologi Yunani yang diadopsi oleh pemerintah Amsterdam dalam membentuk klub Ajax Amsterdam.
Dengan ciri khas klub tersebut menggunakan jersey Warda dasar putih dengan garis merah lebar yang dirancang di 1911.
Tidak butuh waktu lama untuk menyatakan beberapa kesuksesan awal Ajax Amsterdam yang bertepatan dengan kedatangan Jack Reynolds di klub.
Pria Inggris legendaris itu mengelola klub Ajax Amsterdam dari tahun 1915 hingga 1947.
Selama waktu ini, Ajax Amsterdam perlahan-lahan tumbuh menjadi peran klub terbaik di Belanda, sebuah proses yang memuncak dengan era keemasan pertama mereka di tahun 30-an.
Dengan Reynolds memimpin, Ajax Amsterdam mengklaim delapan gelar Liga dan dua Piala KNVB (KNVB Beker adalah nama kompetisi dalam bahasa Belanda).
Setelah sedikit merosot, Ajax Amsterdam kembali ke kancah sepakbola pada waktu yang hampir bersamaan dengan diperkenalkannya profesionalisme ke Belanda (1955).
Sementara mereka memenangkan dua gelar Eredivisie pada 1957 dan 1960, serta Piala KNVB ketiga mereka di 1961, hak itu berkat penunjukan Rinus Michels sebagai manajer baru Ajax Amsterdam yabg benar-benar menjadi sesuatu yang istimewa.
Dengan Michels menanamkan filosofi “Total Football”-nya yang terkenal dan Johan Cruyff sebagai konduktornya, Ajax Amsterdam meraih enam gelar Eredivisie dan empat Piala KNVB.
Mereka juga membuat buku sejarah dengan mengklaim tiga Piala Eropa (Liga Champions) berturut-turut dari tahun 1971 hingga 1973, sehingga menjadi salah satu dari hanya lima klub yang berhasil mempertahankan trofi.
Juga salah satu dari sedikit klub yang memiliki trofi secara permanen dalam koleksi tim Ajax Amsterdam.
Aturannya adalah klub yang memenangkan kompetisi lima kali secara total atau tiga kali berturut-turut menyimpan trofi.
Total Football Ajax Amsterdam sangat berarti bahwa setiap pemain (kecuali penjaga gawang tentunya) berkontribusi di lapangan dan dapat mengambil alih peran satu sama lain.
Dengan kata lain, seorang defender atau kini belakang untuk sementara bisa menjadi pelaku pembuat gol dan begitupun sebaliknya, kepada lini depan yang bisa jadi bertahan menggantikannya.
Meski itu tidak sama dengan meninggalkan posisi sepenuhnya, tetapi kondisi ini tidak akan membatasi pemain, sebaliknya tumpang tindih adalah pilihan dan lini belakang akan dikompresi dengan lini tengah yang menghasilkan pelepasan bola lebih cepat dari pemain bertahan ke penyerang.
Namun Total Football bukanlah penemuan Ajax Amsterdam sebagai promotor klub raksasa Belanda dari awal.
Seperti biasa, ada cikal bakal klub Ajax Amsterdam dan peran tim nasional Hungaria yang disebut-sebut sebagai inspirasi bagi Michels pada strategi Total Football-nya.
Selama beberapa tahun, Ajax Amsterdam menjadi kekuatan yang mendominasi di sepakbola klub Eropa.
Era ini, yang kemudian disebut sebagai “Gloria Ajax”, berakhir dengan kepergian Johan Cruyff dan Neesken ke Barcelona di 1973 dan 1974.
Menjelang akhir tahun 70-an, Ajax Amsterdam kembali menjadi sorotan setelah kembalinya Johan Cruyff, kali ini sebagai pelatih, dan dengan generasi baru anak-anak muda berbakat yang dipimpin oleh Wim Kieft, Frank Rijkaard dan Marco van Basten.
Gaya sepakbola ofensif Ajax Amsterdam yang menarik membuat mereka menjadi favorit penggemar ke mana pun mereka pergi, dan hasilnya tetap bagus seperti biasanya.
Antara 1977 dan 1987, Ajax Amsterdam memenangkan enam gelar Eredivisie, empat Piala KNVB dan Piala UEFA pertama dan satu-satunya prestasi mereka.
Munculnya PSV di paruh akhir tahun 80-an dan kepergian Rijkaard dan Van Basten membuat klub sedikit menurun, tetapi Ajax Amsterdam masih berhasil menyelesaikan dekade ini dengan merebut gelar Eredivisie di 1990.
Dengan Louis Van Gaal mengambil alih sebagai manajer baru pada musim 1991-1992, ia menanamkan filosofi uniknya sendiri di klub Ajax Amsterdam demi, kesuksesan lebih lanjut menyusul.
Walaupun pendekatan pragmatisnya terhadap sepakbola tidak dihargai oleh para penggemar Ajax Amsterdam yang ingin melihat tim mereka bermain ofensif.
Ia dengan cepat membentuk tim yang sama sekali baru, mulai dari Edwin van der Sar hingga Dennis Bergkamp sebagai striker Ajax Amsterdam.
Selain itu barulah bermunculan pemain terkemuka Ajax Amsterdam seperti Cor van der Hart, Sjaak Swart, Velibor Vasovi, Arie Haan, Johan Neeskens, Johnny Rep, Frank Rijkaard, Jesper Olsen, Ronald de Boer, Stefan Pettersson, Frank de Boer, Edgar Davids, dan Michael Reiziger.
Kemudian Clarence Seedorf, Marc Overmars, Jari Litmanen, Nwankwo Kanu, Patrick Kluivert, Dani, Wesley Sneijder, Michael Laudrup, Jesper Gronkjaer, Brian Laudrup, Zlatan Ibrahimovic, dan Jaap Stam,Suarez
Sedangkan pada rekor klub paling banyak dimainkan ialah Sjaak Swart (603 penampilan) dan pencetak gol terbanyak yakni Piet van Reenen (273 gol).
Antara 1991 dan 1999, ansambel anak-anak muda berbakat Ajax Amsterdam itu memenangkan empat gelar Eredivisie, tiga Piala KNVB, Piala UEFA, dan Liga Champions.
Puncaknya adalah kemenangan Liga Champions pada 1995 setelah Ajax Amsterdam mengalahkan AC Milan di final.
Agustus 1996, tim pindah dari De Meer Stadion, yang telah menjadi kandang sejak 1934, ke Amsterdam Arena yang memiliki kapasitas lebih dari dua kali lipat (53.502 kursi).
ibandingkan dengan era keemasan mereka sebelumnya, tahun 2000-an terbukti sedikit mengecewakan bagi para penggemar klub Ajax Amsterdam.
Dengan bagian terpenting dari tim Van Gaal yang berangkat dari klub dan kebangkitan PSV yang meroket, Ajax Amsterdam harus puas dengan dua gelar Eredivisie dan empat Piala KNVB.
Namun, penunjukan Frank De Boer sebagai manajer Ajax Amsterdam pada 2010 mengubah segalanya menjadi lebih baik di semua aspek, terbukti dengan empat gelar Eredivisie berturut-turut yang diikuti.